SADIS, Tiga Perantau Asal Nias Habisi Pemilik Kos Karena tak Terima Ditagih Uang Kontrakan

Fakta mengejutkan terungkap dalam persidangan kasus tiga perantau asal Nias yang tega habisi pemilik kos bernama Djie Goon Gunawan alias Acek.

Dalam persidangan lanjutan itu, tiga perantau asal Nias masing-masing Faonasekhi Zamago, Bezisokhi Zalukhu dan Aperseven Zalukhu membunuh korban dengan cara memukuli wajah pemilik kos tersebut dengan batu.

Adapun latar belakang pembunuhan ini lantaran tiga perantau asal Nias tersebut tidak terima, korban menagih uang kontrakan.

Padahal, uang sewa kos sudah menunggak lama.

Dalam persidangan, pengunjung yang hadir sempat geleng-geleng mendengar kesaksian seorang terdakwa.

Usai menganiaya korban hingga berlumuran darah, seorang diantara pelaku berpura-pura menolong.

“Saya ikut mengangkat (korban) ke mobil Yang Mulia,” kata terdakwa Faonasekhi Zamago di hadapan majelis hakim Denny Lumbantobing, Rabu (21/7/2021).

Mendengar kesaksian itu, terlebih saat hakim melihat wajah pelaku tidak menunjukkan rasa penyesalan, hakim pun menggelengkan kepalanya.

Begitu juga dengan pengunjung sidang, mereka berdecak mendengar pengakuan terdakwa yang begitu keji menghabisi nyawa korban.

Dalam persidangan, anak korban bernama Ungcaries sempat memberikan keterangan.

Ungcaries menuturkan, saat ayahnya ditemukan, wajah sang ayah sudah tidak dapat dikenali.

Kedua mata membiru, wajah berlumuran darah, gigi hancur karena dihantami batu oleh ketiga terdakwa.

“Saya tinggal di seberang, tiba-tiba anak kos memanggil saya, waktu saya lihat, anak kos sudah mulai memapah ayah mau membawa ke rumah sakit,” kata Ungcaries.

Dengan suara bergetar, Ungcaries juga menceritakan bahwa kondisi kepala ayahnya saat itu juga terluka.

Hampir sekujur badan dipenuhi luka dan darah akibat dianiaya tiga perantau asal Nias tersebut.

“Kepala di belakang berdarah, ada luka di dada. Tangan, badannya juga berdarah. Lalu kami bawa ke rumah sakit,” kata Ungcaries.

Disepanjang perjalanan, Ungcaries mengaku kalau ayahnya sudah dalam keadaan setengah sadar.

Saat itu ia sempat bertanya siapa yang melakukan hal tersebut.

Dengan nada terbata-bata, Ungcaries mengatakan kalau ayahnya menyebut nama Fao dan anak kos.

“Saya ada tanya, papa dipukul siapa, dibilangnya Fao, waktu itu ngomongnya sudah terbata-bata,” ucapnya.

Ia mengaku kalau ayahnya sudah menjalani bisnis kos-kosan selama 15 tahun dan tidak pernah cekcok dengan anak kosannya.

“Setahu saya papa enggak pernah bermasalah dengan anak kos, sudah 15 tahun papa buka kosan,” ucapnya.

Ia mengaku ayahnya sempat mendapat perawatan hingga meninggal dunia 4 jam kemudian setelah kejadian.

Setelah kejadian tersebut, ia pun mencaritau siapa saja pelaku, hingga mengetahui dari seorang anak kos jika pelakunya adalah tiga perantau asal Nias.

“Mereka bertiga anak kos di sana. Satu kamar bertiga. Sewa Rp 300 ribu sebulan. Setahu saya baru 2 atau 3 bulan mereka ngekos di sana. Memang sebelum kejadian, ada anak kos yang dengar Papa nagih uang kos ke mereka karena sudah lama enggak bayar, papa bilang, cicil pun enggak apa-apa,” bebernya.

Entah kenapa, saat itu tiga perantau asal Nias tersebut menghabisi korban dengan begitu keji.

Padahal korban sudah memberi keringanan untuk mencicil uang kontrakan.

Usai mendengar keterangan saksi, sidang ditunda hingga pekan depan dengan agenda masih mendengarkan keterangan saksi.(cr21/tribun-medan.com)

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.