Pengertian Bid’ah Menurut Ulama, Jenis Bid’ah dan Contohnya

Kehidupan kita didunia tentunya adalah untuk beribadah. Dimana semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya memiliki hidayah dari Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ibadah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Namun sebagai manusia, tentu nya kita sering melakukan kesalahan dalam ibdah. Salah satu kesalahan dalam beribdah adalah bid’ah.

Apa yang dimaksud dengan bid’ah itu? Agar sama-sama belajar, yuk simak ulasan mengenai bid’ah berikut!

Apa itu Bid’ah?

Ustadz Salahuddin Guntung mengatakan bahwa “Ibadah sudah disyariatkan, tetapi tidak dilaksanakan sesuai tuntunan, itu adalah bid’ah yang dilarang keras dalam agama” Beliau juga menjelaskan bahwa bid’ah adalah segala sesuatu yang dibuat-buat dalam agama tanpa didasarkan pada dalil apapun.

Suatu kasus tidak dapat dikategorikan sebagai bid’ah jika tidak mengandung tiga unsur secara bersama-sama. Artinya, mengadakan sesuatu yang baru pada agama tanpa ada dalil syariat, baik khusus maupun umum.

Bid’ah dalam bidang ibadah dan bidang keagamaan lainnya sangat tegas ditolak dan dilarang oleh Rasulullah SAW dalam banyak sabdanya. Antara lain: “Dan jauhilah hal-hal yang dibuat-buat (dalam agama) karena sesungguhnya hal-hal yang dibuat-buat adalah tawaran.” ah dan semua inovasi sesat.” (Hadis Riwayat Abu Dawud)

Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam editorial lain dikatakan, “Barangsiapa melakukan suatu perbuatan yang tidak ada perintah dari kami, pasti amalan itu tertolak.” (Hadis Riwayat Muslim).

Ibadah yang sesat, berisiko ditolak oleh Allah dan dihukum sesat oleh Rasululla. Selanjutnya juga mengandung kebohongan terhadap Allah yang menegaskan bahwa agama ini sempurna.

Sehingga tidak perlu inovasi dan ditambah dengan ibadah baru atau cara-cara baru dalam beribadah. Sementara itu, Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagimu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan Kuridhai Islam sebagai agama bagimu” (Q.S Al Maidah ayat 3)

Pengertian Bid’ah Menurut Ulama

Para ulama memberikan beberapa definisi bid’ah, redaksinya berbeda-beda. Namun sebenarnya memiliki arti atau tujuan yang sama, diantaranya adalah sebagai berikut!

1). Ibn Taimiyah

Bid’ah dalam agama adalah suatu hal yang dianggap wajib dan sunnah. Tetapi tidak ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

2). Imam Syathibi

Bid’ah adalah suatu cara dalam agama yang diciptakan untuk menyamai syariat yang dimaksudkan dengan serius dalam beribadah kepada Allah.

3). Ibn Rajab

Bid’ah adalah mengarang hal yang tidak berasal dari syariah. Jika hal-hal baru tersebut tidak ada dalam syariat, maka hal tersebut bukanlah bid’ah. Meskipun secara bahasa bisa dikatakan bid’ah.

4). Imam as-Suyuthi

Imam as-Sayuti berpendapat bahwa bid’ah adalah ungkapan suatu perbuatan yang bertentangan dengan syariat dengan perselisihan atau perbuatan yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya ajaran syariat.

Semua bid’ah itu sesat. Sabda Nabi SAW “Kullu bid’atin dhalalah”, yang atinya “setiap bid’ah sesat”. “Kullu” artinya masing-masing alias semua. Tentu saja, menutupi semua bid’ah harus salah arah.

Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruknya adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (Hadis Riwayat Muslim).

Istilah bid’ah yang baik (bid’ah hasanah) berasal dari Imam As-Syafi’ie rahimahullahu Ta’ala yang mengatakan bahwa “Urusan yang diadakan terbagi menjadi dua: pertama yang dibuat bertentangan dengan kitab (al-Qur’an), Sunnah, Ijma atau atsar adalah bid’ah. Kedua, apa yang dilakukan dalam bentuk kebaikan yang tidak bertentangan dengan sesuatu (al-Qur’ah, Sunnah, Ijma, dan atu atsar) maka itu adalah perbuatan yang tidak tercela.”

Maksud Imam Syafi’i adalah bid’ah dari segi bahasa (lughah), bukan dari segi syara’ atau dari segi agama. Sebab Imam Syafi’i sendiri juga menegaskan:

“Jika kamu menemukan dalam bukuku apa yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka katakanlah (pegang) kamu dengan sunnah itu dan tinggalkan apa yang telah aku katakan.”

Pendapat Imam Syafi’i tentang bid’ah yang baik, mendalilkan perkataan Umar bin Al-Khothob ketika mengumpulkan orang untuk menunaikan shalat Tarawih berjamaah. Umar berkata, “Bid’ah terbaik adalah ini” (HR.Bukhori).

Menurut para ulama, shalat tarawih Umar bukanlah bid’ah syari’at. Karena Rasulullah juga melaksanakan shalat tarawih berjamaah di awal Ramadhan selama dua atau tiga malam.

Jenis – Jenis Bid’ah dan Contohnya

Ada berbagai jenis – jenis bid’ah dalam hal ibadah, antara lain sebagai berikut:

1). Bid’ah yang berkaitan dengan pokok ibadah

Bid’ah ini merupakan bentuk penyelenggaraan ibadah yang tidak memiliki dasar dalam Islam, yang dibentuk oleh manusia atau budaya di sekitarnya.

Contoh bid’ah dalam hal peribadatan adalah mengadakan salat yang tidak ada buktinya. Termasuk merayakan hari lahir atau hari raya seolah-olah mendapat pahala.

2). Bid’ah dengan memperbanyak ibadah

Islam sudah memiliki aturan baku mengenai tata cara pelaksanaan ibadah. Terkadang ada manusia yang dengan sengaja mengubah aturan tersebut dengan maksud untuk meningkatkan pahala.

Misalnya memperbanyak jumlah rakaat shalat wajib, atau menunaikan puasa sunnah di luar waktu yang ditentukan. Bid’ah jenis ini diharamkan dan diharamkan.

3). Bid’ah tentang hakikat ibadah

Bid’ah ini berupa melakukan ibadah yang tidak pernah disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Contohnya adalah berdzikir dengan suara keras, dilakukan secara berjamaah, dengan jumlah ribuan kali sehingga seolah-olah menzalimi diri sendiri. Dzikir memang diperintahkan, tetapi jika dilakukan tanpa dasar yang jelas maka itu adalah bid’ah.

4). Bid’ah mengkhususkan diri dalam ibadah

Contoh dari jenis bid’ah ini adalah mengkhususkan puasa pada hari Jumat, karena itu adalah hari yang baik dalam Islam.

Pelaksanaan ini tentu dilarang, karena tidak ada keteladanan dari Nabi Muhammad SAW. Mengkhususkan diri dalam ibadah membutuhkan dalil, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Demikian ulasan kami mengenai pengertian bid’ah menurut ulama, jenis bid’ah dan contohnya.

Semoga ulasan kami membantu, khususnya dalam memberikan pemahaman yang berkaitan dengan bid’ah. Terimakasih ya sudah berkunjung.

Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.