Kapal Penumpang Yunicee Tenggelam: 7 Orang Ditemukan Meninggal Dunia

Tim SAR gabungan membuka posko di Pelabuhan Gilimanuk untuk memberikan informasi dan data terkait korban tenggelamnya KMP Yunicee. Kapal motor berpenumpang itu tenggelam Selasa malam (29/6/2021), sekitar pukul 19.20 Wita.

Informasi terbaru yang diterima, pukul 04.00 pagi ini, tim SAR menemukan satu korban meninggal dunia, berjenis kelamin perempuan, berambut pendek, mengenakan baju merah muda, dan celana hitam. Dari penambahan itu, total saat ini ada 7 orang korban meninggal dunia.

Tim SAR gabungan pagi ini usai apel pukul 07.00 akan melanjutkan pencarian dengan menyisir sekitar lokasi tenggelamnya KMP Yunicee melibatkan ratusan personel.

Posko di pelabuhan Gilimanuk menyebut, dari manifes KMP Yunicee tercatat, total ada 41 penumpang dalam kapal motor tersebut, ditambah 16 orang kru dan penjaga kantin. Sebanyak 33 orang selamat berada di Gilimanuk, 3 orang selamat di Ketapang Banyuwangi, jumlah ini masih simpang siur lantaran ketidakjelasan manifes. Namun yang pasti, 7 orang ditemukan meninggal dunia, sementara sisanya masih dalam pencarian tim SAR gabungan.

Arus Laut 1 Meter

Peneliti Laboratorium Data Laut dan Pesisir Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Widodo Setiyo Pranowo menyebut, ada arus laut berkecepatan lebih dari 1 meter per detik, di celah sempit antara Ketapang dan Gilimanuk bergerak menuju ke arah Selatan-Tenggara, saat KMP Yunicee tenggelam, Selasa malam (29/6/2021) sekitar pukul 19.20 Wita.

Widodo mengatakan, arus tersebut lebih kencang daripada arus di Laut Bali dan sisi selatan Selat Bali.

Pada saat KMP Yunicee tenggelam kejadian kondisi elevasi muka laut di Laut Bali lebih tinggi daripada elevasi muka laut di sekitar perairan rute Feri Ketapang-Gilimanuk. Bahkan elevasi muka laut di perbatasan antara Selat Bali dan Samudera Hindia jauh lebih rendah lagi.

Perbedaan ketinggian elevasi muka laut tersebut menyebabkan aliran air laut dari arah Laut Bali menuju Samudera Hindia melewati perairan Gilimanuk. Aliran air laut tersebut yang kemudian disebut sebagai arus.

Lebih lanjut Widodo menjelaskan, kondisi Selat Bali memang unik dilihat dari sisi hidro-oseanografi. Selat Bali sisi utara jauh lebih sempit daripada sisi selatan yang sangat lebar.

Sisi selatan Selat Bali langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, sedangkan sisi utara berbatasan dengan Laut Bali.

Secara umum, arus laut dibangkitkan oleh kopling antara hembusan angin dan pasang surut. Pada wilayah laut yang lebih terbuka lebar maka pengaruh hembusan angin bisa lebih dominan.

Namun ia mengatakan ketika wilayah laut lebih sempit maka peran pasang surut muka laut cenderung lebih dominan membangkitkan arus.

Dugaan Sementara

Dugaan sementara penyebab KMP Yunicee oleng adalah ketika kecepatan kapal diturunkan atau dikurangi pada saat proses merapat ke Pelabuhan Gilimanuk, kemudian ada arus kencang dari arah utara menuju ke selatan, mendorong lambung kapal, sehingga menyebabkan stabilitas kapal terganggu kemudian kapal oleng dan miring.

Beban di atas kapal bergeser semua ke sisi miring yang kemudian menyebabkan kapal tenggelam. Namun demikian, Widodo mengatakan dugaan tersebut masih perlu untuk diinvestigasi secara lebih lanjut lagi.

sumber: liputan6.com

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.