Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang Cabai Merah

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran bernilai ekonomi yang tinggi. Di era perdagangan bebas saat ini, produk hortikultura, termasuk cabai merah akan semakin ketat bersaing dengan produk dari negara lain, baik untuk pasaran dalam negeri maupun pasar ekspor.

Tentunya diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan daya saing tersebut dengan meningkatkan efisiensi budidaya dan perbaikan kualitas produk.

Namun, dalam budidaya cabai merah yang telah berlangsung sejak dahulu di Indonesia, salah satu permasalahan yang selalu dihadapi oleh para petani yaitu adanya gangguan hama dan penyakit yang terkadang investasinya di luar dugaan.

Pembudidayaan yang diganggu oleh berbagai jenis hama dan penyakit berupa Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) setidaknya akan menyebabkan kehilangan hasil antara 20 – 100%. Produk cabai merah yang dihasilkan juga kualitasnya akan menurun.

Oleh karena itu, gangguan OPT dianggap sebagai kendala terpenting. Lantas, bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai merah yang paling tepat? Berikut kami telah merangkum informasi selengkapnya.

1). Hama Thrips (Thrips parvispinus Karny)

Serangan thrips akan memunculkan bercak-bercak keperak-perakkan pada seluruh permukaan daun secara perlahan.

Selanjutnya daun akan mengeriting, mengkerut, dan akhirnya tumbuh kerdil. Pada serangan berat akan menyebabkan daun, tunas, atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor.

Pengendalian :

Penggunaan tanaman perangkap seperti kenikir kuning, sanitasi lingkungan tanam, pemotongan bagian tanaman terserang, penggunaan perangkap likat kuning sebanyak 40 buah/ha yang dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu.

Pemanfaatan musuh alami potensial seperti kumbang, tungau, dan lainnya, serta penyemprotan pestisida pada serangan berat.

2). Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Serangan ditandai dengan adanya lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat serangga betina meletakkan telurnya. Secara perlahan buah akan membusuk dan gugur sebelum larva menjadi pupa.

Pada serangan berat yang terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina yang terkontaminasi cendawan, sehingga buah yang terserang cepat busuk dan jatuh ke tanah.

Pengendalian :

Pengumpulan buah terserang lalu dibakar atau dibenamkan, pemanfaatan musuh alami parasitoid larva dan pupa, predator semut, laba-laba, dan lainnya.

Pengendalian pasang sekperamon yang dikombinasikan dengan pelikat kuning pada hamparan 40 buah/ha, penyemprotan pestisida efektif pada serangan berat.

3). Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Pada daun muncul bercak nekrotik, pertumbuhan tanaman terhambat. Embun muda yang dikeluarkan kutu kebul juga dapat menimbulkan serangan jamur jelaga berwarna hitam yang menyerang berbagai stadia tanaman.

Pengendalian :

Pemanfaatan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen serangga, seperti Menochilus sexmaculatus, Coccinella septempunctata, dan lainnya.

Penggunaan perangkap likat kuning yang dikombinasikan dengan pengendalian secara fisik atau mekanik, penggunaan insektisida selektif seperti Permethrin, Amitraz, Imidacloprid, dan lainnya. Sanitasi lingkungan, penanaman tumpang sari dengan tagetes.

4). Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)

Daun layu dari bagian bawah, menguning dan menjalar ke atas ranting muda. Warna jaringan akar dan batang menjadi cokelat, tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti kapas, hingga menyebabkan buah kecil berguguran.

Pengendalian :

Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman terserang, pemanfaatan agen antagonis Trichoderma spp, atau Gliocladium spp yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar dan pemupukan susulan.

5). Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Pseudomonas solanacearum)

Gejala: Pada tanaman tua, layu pertama terjadi pada daun yang terletak di bawah tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun atas. Serangan pada buah menyebabkan warna buah kekuningan dan busuk.

Pengendalian :

Pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat, sanitasi dengan mencabut lalu memusnahkan tanaman sakit, pemanfaatan agen antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar, penggunaan bakterisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

6). Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)

Awalnya hanya muncul bercak kecil pada permukaan buah yang terinfeksi dan berlanjut pada pembusukan lunak.

Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam spora. Pada serangan berat, buah akan mengkerut dan mengering, serta warna kulit buah seperti jerami padi.

Pengendalian :

Pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat, sanitasi dengan memotong dan memusnahkan buah yang sakit, pemanfaatan agen antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar, serta penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

7). Penyakit Virus Kuning (Gemini Virus)

Pada helai daun akan mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk yang berkembang menjadi warna kuning secara jelas, tulang daun menebal, daun menggulung ke atas.

Infeksi lanjutan dari virus akan menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.

Pengendalian :

Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci), sanitasi lingkungan terutama tanaman inang seperti ciplukan, terong, gulma bunga kancing dan wedusan, serta melakukan pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman agar dapat terus produktif walaupun terserang virus kuning.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.