5 Cara Budidaya Porang dari Bibit Hingga Panen

Sempat menggemparkan masyarakat Indonesia, porang jenis tanaman umbi-umbian yang sukses menghantarkan para petaninya menjadi jutawan bahkan milyarder di tahun 2019 lalu, tepatnya di desa Kepel, Jawa Timur.

Porang mempunyai nama latin Amorphophallus oncophyllus yang berasal dari spesies Amorphophallus muelleri. Di beberapa daerah, porang dikenal juga dengan nama iles-iles, iles kuning, acung atau acoan. Nilainya cukup tinggi karena punya begitu banyak manfaat.

Porang banyak digunakan sebagai bahan baku tepung, kosmetik, material penjernih air, dan sebagai bahan dasar pembuatan lem. Jepang adalah salah satu pengimpor terbesar porang asal Indonesia.

Dilansir pada website Pertanian.go.id, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor.

Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian yang dimuat oleh Tirto.id, tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton porang telah diekspor ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam dan Australia. Ekspor tersebut bernilai hingga Rp 11,31 miliar.

Di pasaran, harga jual porang mencapai Rp 4.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. Jika porang sudah dalam bentuk yang dikeringkan atau menjadi chip, maka harganya berkisar Rp55.000 hingga Rp65.000 per kilogram.

Meskipun tanaman porang adalah tanaman asli Indonesia, mayoritas porang masih banyak berasal dari hutan. Melihat potensi dan peluang yang terbuka lebar, Indonesia seharusnya memperbanyak budidaya agar daerah penghasilnya tidak hanya dari wilayah Jawa saja.

Mengingat, iklim dan cuaca di wilayah-wilayah Indonesia relatif stabil untuk mendukung budidaya porang. Terlebih, sifat tanaman porang yang toleran terhadap naungan, memungkinkan porang mudah dibudidayakan di lahan hutan industri di bawah tegakan pohon jati, sonokeling, mahoni, maupun sengon.

Budidaya porong sangat prospektif karena masih banyak lahan tersedia, terutama di kawasan hutan, tanpa perlu bersaing dengan lahan komoditas lain. Pasar tepung dan kesempatan ekspor juga telah tersedia.

1). Persyaratan Tumbuh

Meskipun tanaman porang adalah kategori tanaman sekunder atau akan tumbuh lebih baik dengan ditanam secara tumpangsari, tanaman porang juga mempunyai syarat-syarat tanam, yaitu kondisi lahan yang kering dengan ketinggian tempat 100 – 800 m dpl, suhu 25 – 35°C, dan tingkat curah hujan sebesar 1.000 – 1.500 mm/tahun yang tersebar rata sepanjang tahun.

Sebagaimana tanaman umbi yang lain, porang tumbuh baik pada tanah tekstur ringan sedang, gembur, subur, mengandung bahan organik cukup tinggi, dan memiliki tingkat keasaman pH netral.

Tanah yang terlalu basah tidak disarankan karena dapat menyebabkan pembusukan. Sebaiknya, siapkan sistem drainase yang baik untuk mengatasi genangan air berlebih.

2). Perkembangbiakan dan Pertumbuhan

Perbanyakan dan perkembangbiakan porang dapat dilakukan secara vegetatif menggunakan bahan tanaman berupa umbi batang, bagian umbi daun, dan daun, sementara cara generatif dapat menggunakan biji.

3). Persiapan Lahan

Lahan tanam porang dipersiapkan menyesuaikan dengan penggunaan jenis bibit. Jika menggunakan bibit umbi, maka lubang tanam yang diperlukan berukuran 60 x 60 x 45 cm, jarak tanam 90 x 90 cm.

Sedangkan bibit bubil, dapat dibuatkan guludan terlebih dahulu, tepatnya setelah tanah diolah secara intensif berjarak antar gulud 90 cm, dan bubil ditanam dalam gulugan dengan jarak 90 cm.

Pembibitan sebaiknya menggunakan tunas apikal utuh berkecambah karena akan mempercepat proses pertumbuhan, menghasilkan tanaman yang lebih besar dibanding bibit dengan tunas apikal yang terbelah atau bibit tanpa tunas apikal.

Umumnya, bibit berukuran berat 500 g, apabila ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm, sangat ideal dalam produksi umbi tanaman porang. Umbi atau potongan umbi berukuran 200 g sudah cukup layak dijadikan bibit yang ditanam dengan jarak 30 x 30 cm dan akan menghasilkan umbi seberat 500 g.

Persiapkan juga jarak tanam dan kedalaman tanam. Jarak biasanya ditentukan dari umur panen yang dikehendaki. Jika target umur panen 8 bulan pertama, maka jarak tanam 30 x 30 cm, jika target panen tahun ke dua, maka jarak tanam 45 x 45 cm.

Sementara untuk kedalaman tanam yang ideal pada porang adalah sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Ukuran tersebut dapat berubah tergantung pada macam dan ukuran bibit.

Meskipun tanaman porang dikenal mudah tumbuh, tanaman porang juga tetap membutuhkan pupuk sebagai pendorong produksi optimal. Sebaiknya, gunakan pupuk kandang dan pupuk anorganik.

Apabila tahapan-tahapan persiapan diatas sudah dilakukan, berikutnya lanjut pada tahap penyiangan gulma. Penyiangan ini penting dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman sebelum menutup kanopi. Lakukan secara manual saat tanaman berumur 30,60, dan 90 hari pasca tanam.

4). Masa Panen

Penting untuk mengetahui ciri-ciri porang yang siap panen. Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 2 kg/umbi yang daunnya sudah mengering dan berjatuhan ke tanah.

Panen dapat dilakukan pada musim kemarau, di Indonesia biasa terjadi pada antara bulan Mei sampai Juni. Proses panen dapat dilakukan secara hati-hati agar hasil panen terhindar dari luka atau goresan. Rata-rata produksi umbi porang berkisar 10 ton per hektar.

Setelah panen, bersihkan porang, lalu simpan ke dalam ruangan berventilasi ideal dengan suhu dingin sekitar 10°C. Suhu tersebut memungkinkan porong dapat disimpan selama berbulan-bulan.

5). Pengendalian Hama dan Penyakit

Sayangnya, belum banyak penelitian yang berkaitan tentang hama dan penyakit pada tanaman porang. Namun dikarenakan porong adalah bagian dari tanaman umbi-umbian, kemungkinan jenis hama dan penyakit yang menyerang juga tidak jauh berbeda dengan tanaman sekelasnya.

Beberapa hama yang berpotensi menyerang porang adalah Galerucidae bicolor (makan daun), Araecerus fasciculatus (merusak ubi), dan beberapa serangga pengisap, serta ulat perusak daun.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur antara lain: penyakit busuk kaki (foot rot) oleh jamur Rhizoctonia solani, penyakit hawar daun (leaf blight) oleh Phytophthora colocasiae, busuk batang/ubi oleh Phytium helicoides, Slerotium rolfsii.

Penyakit bakterial pada suweg adalah busuk basah oleh Erwinia carotovora, penyakit Konjac mosaic virus dan Dasheen mosaic virus (DMV). Tapi tak perlu khawatir, umumnya hama dan penyakit yang disebutkan sejauh ini bukanlah kendala dalam produksi tanaman porang.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.