9 Cara Budidaya Lada Agar Berbuah Lebat

Meskipun berasal dari India, tanaman lada atau biasa disebut merica (Piper nigrum L) yang berasal dari Indonesia juga tak kalah populer, bahkan sejak sebelum Perang Dunia Kedua.

Saat itu, daerah penghasil utama lada adalah Lampung yang memproduksi merica hitam yang dikenal dengan nama Lampung Black Pepper, dan Bangka Belitung yang memproduksi lada putih yang dikenal dengan nama Muntok White Pepper. Hingga saat ini, pembudidayaan lada telah tersebar hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Lada yang dinobatkan sebagai king of spice atau raja rempah merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Bahkan di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas.

Pada tahun 2005, produksi lada Indonesia pernah menduduki urutan kedua dunia setelah Vietnam. Di tahun 2020, berdasarkan data yang dimuat oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, jumlah produksi lada di Indonesia mencapai 89.902 ton.

Angka tersebut relatif naik dari tahun ke tahun, namun tidak terlalu signifikan. Untuk itu, pembudidayaan tanaman lada harus terus dikembangkan.

Bukan sekedar rempah tradisional biasa, kegunaan lada masih sangat dibutuhkan pada era modern ini. Lada merupakan bahan baku industri makanan cepat saji, obat-obatan, kosmetik, dan lainnya.

Di beberapa negara industri parfum seperti Perancis, ketergantungan pada lada juga sangat besar. Lada juga tidak hanya populer pada masakan-masakan Asia, namun juga sering digunakan pada makanan Eropa.

Selain sebagai rempah masakan, lada juga sering dimanfaatkan dalam dunia pengobatan herbal. Lada mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, javsin, resin dan amilum.

Tak ketinggalan, lada juga mengandung vitamin C, kalsium, zat besi, kalium, magnesium, mangan, dan tembaga. Oleh karena itu, lada efektif dalam membantu pengobatan demam, masuk angin, sakit lambung, panas dalam, hingga asam urat.

Fluktuasi harga dan keterbatasan modal petani menyebabkan fluktuasi pemeliharaan tanaman lada pula, sehingga tanaman rentan terserang hama dan penyakit yang menjadi penyebab utama rendahnya produktivitas tanaman lada.

Namun akibat dari serangan tersebut dapat ditekan dengan melakukan budidaya anjuran yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berikut kami rangkum tahapan budidaya lada dari pembibitan hingga panen.

1). Syarat Tumbuh

Lada menghendaki wilayah tanam yang berada pada ketinggian 0 – 500 m dpl, dengan kondisi iklim curah hujan 2000 – 3000 mm/tahun merata sepanjang tahun, hari hujan 110 – 170 hari, musim kemarau hanya 2 – 3 bulan/tahun, kelembaban udara berkisar antara 70 – 90% dengan suhu 25 – 35°C.

Tanaman lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara yang cukup, dengan tingkat kemasaman tanah berkisar pH 5 – 6,5.

Selain itu, penting juga mengetahui 7 varietas lada yang ada di Indonesia, yaitu Petaling 1 (P1), Petaling 2 (P2), Natar 1 (N1), Natar 2 (N2), Bengkayang, Lampung Daun Kecil (LDK-RS) dan Chunuk RS.

2). Sumber Bahan Tanaman

Terdapat 2 sistem penanaman lada, yaitu tanaman lada biasa dan tanaman lada perdu. Lada biasa adalah lada yang ditanam dengan tiang panjatan berupa tiang beton atau pohon kayu inangnya. Sedangkan lada perdu ditanam tanpa tiang dan dibiarkan tumbuh berbentuk semak perdu begitu saja di tanah.

Tanaman lada biasa, steknya bersumber dari sulur panjat, berasal dari tanaman berumur kurang dari 3 tahun yang belum berproduksi, bebas serangan hama dan patogen penyakit. Sulur panjat sebaiknya dipilih yang sudah berkayu tetapi tidak terlalu tua.

Tanaman lada perdu, bahannya berasal dari 2 sumber, yaitu cabang primer yang membawa satu buku sulur panjat (stek bertapak), dan cabang buah (sekunder dan seterusnya), terdiri dari 2 – 3 buku yang berdaun. Sebaiknya, daun dihilangkan setengah bagian secara vertikal.

3). Pembibitan

Pembibitan lada biasa dan lada perdu diawali dengan pengakaran stek berukuran panjang 5 – 7 buku, lalu langsung bisa ditanam di lahan tanam.

Namun, untuk stek satu buku berdaun tunggal harus dibibitkan terlebih dahulu sampai terbentuk 5 – 7 buku, tepat dibawah naungan yang dapat ditembus cahaya matahari sebesar 60 – 70%. Caranya, dengan merendam stek satu buku tersebut ke dalam larutan gula pasir (1-2%) selama ½ – 1 jam.

Stek kemudian disemai dalam polybag yang terdiri dari campuran tanah (top soil), pupuk kandang dan pasir kasar atau sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 atau 1 : 1 : 1 dan telah dibiarkan selama 7 – 10 hari (ditandai dengan tumbuhnya rumput-rumput halus di permukaan tanah dalam polybag tersebut).

Agar kelembaban lingkungan terjaga, maka diperlukan sungkup plastik dengan kerangka bambu atau kayu setinggi 1 m. Sirami setiap 2 hari dengan menggunakan embrat.

Buka sungkup setiap pagi, selama 1 jam, tepatnya puku 09.00 – 10.00, kemudian tutup kembali. Jika sudah terlihat 2 – 3 daun baru, maka setiap bibit harus diberi tegakan bambu agar terbentuk akar lekat.

Buka sungkup secara bertahap, dan apabila stek telah kuat, maka sungkup tidak lagi diperlukan. Bibit siap tanam pada waktu stek telah tumbuh mencapai 5 – 7 buku.

4). Persiapan Tanam Lada Biasa

Lada biasa ditanam dengan jarak 2,5 x 2,5 m tau 3,0 x 3,0 m, persiapkan pula tajar atau tanaman hidup sebagai panjatan. Jenis tajar yang disarankan adalah gamal (Gliricidia maculata) atau dadap cangkring (Erythrina fusca Lour).

Tanaman tajar tersebut diperbanyak melalui stek batang berukuran 2 m, diameter 5 cm, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

Stek tersebut ditanam 10 cm di sebelah barat lubang tanam, dengan menancapkan pangkalnya sedalam 30 cm. Pada tahun pertama, lakukan pemangkasan tunas tunas pada tajar. Pada tahun ke 2, pemangkasan dilakukan 2 kali/tahun.

Lubang tanaman lada biasa berukuran 45 x 45 x 45 cm sampai 60 x 60 x 60 cm (panjang x lebar x dalam) kurang lebih, berjarak 10 cm di sebelah timur tajar.

Sebelum melakukan penanaman, biarkan tanah galian selama 40 hari. Tanah galian tersebut berasal dari bagian atas dan telah dicampur pupuk organik atau pupuk kandang (5 – 10 kg) dan Trichoderma harzianum.

Lalu buatkan guludan berukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm dan tinggi 25 – 30 cm, juga buatkan saluran drainase lebar 30 cm, kedalaman 20 cm, dan parit keliling berukuran lebar 40 cm, kedalaman 30 cm.

5). Persiapan Tanam Lada Perdu

Lada perdu ditanam dengan jarak 1 x 1,5 m atau 1 x 2,0 m, ukuran lubang tanam 40 x 40 x 60 cm. Biarkan tanah galian (tanah bagian atas) selama 2 – 3 minggu sebelum dilakukan penanaman.

Tanah tersebut kemudian dicampur dengan pupuk kandang 5 – 10 dan Trichoderma harzianum. Lalu buatkan guludan berdiameter 50 cm dan tinggi 20 cm.

6). Penanaman

Bibit lada biasa, yaitu stek 5 – 7 buku yang sudah berakar, ditanam dengan cara meletakkannya miring 30 – 45°C mengarah ke tajar, 3 – 4 buku stek bagian pangkalnya (tanpa daun) dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan ruas sisanya, yaitu yang berdaun disandarkan dan diikat pada tajar.

Padatkan tanah di sekeliling. Dilanjutkan dengan pemberian naungan yang berasal dari alang-alang atau tanaman hutan yang tahan lama, untuk melindungi tanaman dari sinar matahari. Jika tanaman telah cukup kuat, naungan bisa dibuka.

Bibit lada perdu ditanam dengan membenamkan 2 ruas ke dalam guludan, kemudian beri juga naungan.

7). Pemeliharaan Lada Biasa

Pemeliharaan lada biasa memerlukan beberapa tahap, yaitu pengikatan sulur panjat, pembentukan kerangka tanaman, pemangkasan sulur gantung dan sulur cacing/tanah, pemupukan dan pemangkasan tajar, serta penyiangan terbatas.

Pengikatan sulur panjang dilakukan apabila tanaman lada mudah tumbuh 8 – 9 buku (umur 5 – 6 bulan), lalu dipangkas terlebih dahulu pada ketinggian 25 – 30 cm dari permukaan tanah agar merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru.

Sulur baru tersebutlah yang harus dilekatkan dan diikatkan pada tajar. Pemangkasan berikutnya dilakukan saat lada tumbuh 7 – 9 buku (12 bulan), pemangkasan selanjutnya pada umur 24 bulan.

Sulur gantung adalah sulur panjat yang tumbuhnya tidak melekat pada tajar, karena tidak dilakukan pengikatan. Sulur cacing/tanah adalah sulur panjat yang tidak melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di permukaan tanah. Kedua sulur tersebut tidak produktif, tetapi turut mengambil makanan/nutrisi, oleh sebab itu harus dipangkas.

Sebelum pemupukan, pangkas tajar 7 – 10 hari. Pemupukan pada tanaman lada berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos 5 – 10 kg/tanaman/tahun, pupuk anorganik berjumlah 1.600 g NPKMg/tahun.

Pemberian pupuk dibagi 3 – 4 kali per tahunnya. Pemupukan dilakukan dengan cara mengikis atau mengangkat permukaan tanah di sekitar tanaman, lalu sebarkan pupuk, tutup kembali dengan tanah kikisan yang juga telah ditambah tanah disekitar tanaman.

Untuk tanaman lada yang telah berumur 12 bulan, dosis pupuk anorganik ½ total (200 g) NPKMg, pemberiannya dibagi 2 kali/tahun. Tanaman lada yang telah berumur 13 – 24 bulan, diberikan ¼ dosis total (400g/tanaman/tahun).

Penyiangan tanaman lada dilakukan secara rutin, pada area dalam radius 60 cm di sekitar pangkal batang tanaman lada yang sudah disiang bersih.

8). Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman lada terdiri dari penggerek batang, penghisap buah, dan penghisap bunga. Sedangkan penyakit utama tanaman lada adalah busuk pangkal batang, penyakit kuning dan penyakit kerdil atau keriting.

Langkah pengendaliannya bisa menggunakan pestisida kimiawi yang dilakukan pada saat populasi hama atau intensitas serangan patogen penyakitnya tinggi.

Hal tersebut bertujuan menekan perkembangan hama dan patogen. setelah itu, diikuti dengan pengaplikasian berupa pengendalian secara hayati mempergunakan musuh alaminya.

9). Panen dan Pasca Panen

Proses panen tanaman lada bergantung pada tujuan produk yang akan dihasilkan, yaitu lada hitam atau lada putih.

Lada hitam yang baik berasal dari buah lada yang dipanen pada usia 6 – 7 bulan, ciri fisiknya, buah berwarna hijau tua atau hijau gelap.

Proses pengolahan lada hitam cukup sederhana, yaitu dengan memisahkan buah lada dari tangkainya (dengan alat perontok), kemudian lakukan blanching atau mencelup dalam air panas selama 2,5 menit untuk memperoleh warna hitam mengkilap seragam dan aroma yang lebih baik. Setelah itu, keringkan lada dengan alat pengering.

Lada putih yang baik berasal dari buah lada yang dipanen pada usia 8 – 9 bulan ciri fisiknya, buah berwarna kuning kemerahan.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.