8 Cara Budidaya Buah Naga Agar Hasil Panen Melimpah

Memiliki warna dan rasa yang manis, buah naga (Holesrkus undatus) atau yang dikenal sebagai apel kaktus dan pitaya, adalah buah yang masih berada dalam rumpun keluarga kaktus, dengan khasiat utama menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Manis dari buah naga ternyata bukan berasal dari glukosa sehingga konsumsinya pun sangat menyehatkan bagi tubuh.

Tanaman buah naga pertama kali ditemukan di tanah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Serikat. Keberadaannya pernah dianggap sebagai tanaman kaktus hutan biasa, hingga masyarakat suku Indian menjadikan buah naga sebagai panganan wajib pada kehidupan sehari-hari mereka.

Meskipun berasal dari daratan Amerika, julukan dragon fruit berasal dari masyarakat Cina kuno. Buah naga sering diletakkan di antara dua ekor patung berbentuk naga berwarna hijau di atas meja altar persembahyangan.

Masyarakat Cina percaya bahwa buah naga akan membawa keberuntungan. Di Asia Tenggara, buah naga berkembang pesat sejak bangsa Prancis membawanya ke Vietnam dan Thailand pada tahun 1870.

Di Indonesia, kehadiran buah naga baru ada sejak tahun 1977, namun masih import dari Thailand. Memasuki tahun 2000, barulah Indonesia mulai mencoba membudidayakan tanaman buah naga oleh salah satu warga Delanggu, Jawa Tengah, bernama Joko Rainu Sigit. Joko membeli 250 benih tanaman buah naga asal Thailand, lalu dikembangkan di areal tanah dekat kediamannya.

Selain rasanya yang nikmat, buah naga mengandung berbagai macam zat nutrisi, seperti vitamin C, vitamin B2, vitamin B3, magnesium, zat besi, kalsium, dan antioksidan.

Dengan ragam kandungan tersebut, buah naga sangat baik dalam memenuhi asupan nutrisi harian sekaligus memelihara kesehatan tubuh. Buah naga juga termasuk jenis buah yang diet friendly, karena tidak mengandung lemak dan hanya mengandung 60 kalori pada 100 gram buah.

Secara umum, terdapat empat jenis buah naga yang paling sering dibudidayakan, yaitu buah naga kulit merah-daging putih (Hylocereus undatus), kulit merah-daging buah merah (Hylocereus polyrhizus), kulit merah-daging super merah (Hylocereus costaricensis), dan Kulit kuning-daging buah putih (Selenicereus megalanthus).

Awalnya, buah naga kulit merah-daging putih terlebih dahulu terkenal, disusul dengan buah naga kulit merah-daging merah/daging super merah yang terlihat unik dan lebih segar.

Kepopuleran tersebut dibarengi dengan semakin banyaknya usaha budidaya buah naga di sejumlah daerah di Indonesia, diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Riau, Kepulauan Riau/Batam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Perkembangan budidaya tanaman buah naga memang cukup pesat. Minat pembudidaya cukup tinggi karena komoditi ini mempunyai beberapa unggulan, antara lain, umur produktivitas yang singkat sehingga panen dapat dilakukan sepanjang tahun. Selain itu, tingginya harga jual dan kebutuhan pasar juga menjadi daya tarik tersendiri.

Kini, teknologi budidaya buah naga semakin berkembang dan tekniknya semakin mudah, bahkan di tanah gambut dengan tambahan pupuk-pupuk pendukung.

Namun tentunya, untuk bisa bersaing dengan pasar lokal hingga global, diperlukan langkah-langkah pembudidayaan yang baik dan benar agar hasil panen tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, namun juga negara-negara lain. Berikut Portal Agri bagikan tahapannya.

1). Syarat Tumbuh

Tanaman buah naga tumbuh secara merambat ke atas dengan batang berbentuk segitiga berduri.

Karena berjenis kaktus, tanaman buah naga dapat tumbuh baik sekalipun di daerah kering dan berpasir, namun tetap disarankan untuk menanam buah naga pada tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi, dan berada pada ketinggian 800 m dpl, dengan tingkat keasaman tanah pH 6,5 – 7.

Kondisi iklim ideal bagi tanaman buah naga adalah bersuhu rata-rata 20-30ºC, curah hujan 1500 mm/tahun.

2). Pembuatan Naungan Benih

Pada awal pembenihan, diperlukan adanya naungan agar pertumbuhan tanaman buah naga berlangsung baik.

Naungan dibuat setinggi 2 m, dan ukuran yang dapat disesuaikan, dengan menggunakan berbagai macam bahan seperti paranet, daun kelapa, anyaman bambu ataupun tanaman pelindung.

3). Persiapan dan Pengelolaan Pohon Induk

Pohon induk dipersiapkan untuk mendukung proses perbanyakan tanaman, baik untuk keperluan pengadaan benih dari biji, maupun sebagai bahan stek. Asalnya dari kebun pohon induk yang dikelola sendiri, ataupun dari kebun lain yang telah memenuhi syarat.

Tanaman buah naga juga membutuhkan tiang berupa tanaman hidup seperti tanaman kedondong pagar, kayu keras, ataupun beton sebagai media rambatannya. Siapkan tiang tersebut dengan ukuran 10 x 10 cm, panjang 2 m, berkondisi kuat, kokoh dan tahan lama.

Tanamkan tiang panjatan sedalam 50 cm, sisakan 1,5 pada permukaan tanah atas. Di bagian atas atau ujung tiangnya, pasangkan lingkaran yang terbuat dari besi berdiameter 40 – 50 cm, berfungsi untuk menahan cabang-cabang dari tanaman buah naga.

Untuk tujuan kebun pohon induk, asal usul benih harus jelas. Secara umum, penanaman buah naga dapat dilakukan dengan sistem tiang tunggal dan sistem jarak tanam rapat dengan dua barisan tanaman (double row system). Jarak tanam atau jarak antar tiang berkisar 2 – 3 m x 2,5 – 4 m.

Untuk penanaman dengan sistem tiang tunggal, pada setiap tiang tanamkan 4 batang bibit. Sedangkan sistem penanaman jarak rapat, tanamkan dua baris tanaman berjarak 30 cm di antara tiang dalam barisan.

Pasang juga 2 buah besi yang dihubungkan dengan tiang lain seperti jemuran kain, di bagian atas dari tiang panjatan. Pada lubang tanam, sebaiknya berikan pupuk kandang terlebih dahulu, dan tambahkan dolomit apabila tingkat keasaman tanah masih belum mencukupi.

4). Pemeliharaan

Agar produktivitas terjaga, lakukan perawatan dan pengelolaan tanaman secara optimal, seperti pengikatan, pemupukan, pengairan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang terkelola dengan baik akan mulai berproduksi pada umur 10 – 12 bulan.

Pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Pada periode pertumbuhan vegetatif, berikan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 50 – 100 g/tiang (4 tanaman), selama 4 – 5 minggu. Setelah berbunga, tambahkan lagi pupuk yang memiliki kandungan P dan K yang lebih tinggi.

Pengairan sangat dibutuhkan terutama pada musim kemarau. Bisa melalui cara manual ataupun metode irigasi tetes.

Pemangkasan dilakukan hanya pada tunas-tunas yang muncul pada batang utama, serta cabang tua, yang sakit atau rusak.

5). Mempelajari Perbanyakan Benih

Buah naga dapat diperbanyak dengan biji ataupun stek. Tanaman yang berasal dari biji membutuhkan waktu lebih lama untuk berproduksi, sehingga disarankan untuk menggunakan perbanyakan dengan stek batang.

Stek diperoleh dari cabang-cabang tanaman tua, sehat, dan berwarna hijau tua, contohnya seperti bagian cabang yang telah menghasilkan buah.

Potong stek sepanjang 20 – 30 cm, lalu semaikan pada bedeng pembibitan atau polybag yang telah berisi media tumbuh. Kemudian lakukan pemeliharaan seperti pemupukan, penyiraman, dan pengendalian hama penyakit.

Setelah akar pada bibit telah tumbuh kuat, dan telah muncul tunas setinggi kurang lebih 50 cm, bibit bisa dikatakan siap ditanam di kebun.

6). Pengendalian Hama dan Penyakit

Walaupun budidaya buah naga relatif mudah, namun hama dan penyakit masih bisa berpotensi menyerang tanaman. Sebelum tanaman terserang, sebaiknya lakukan tindakan preventif seperti pengawasan secara dini, pembersihan gulma dan sampah, serta pastikan air tidak menggenangi lahan kebun.

Bila tindakan preventif sudah dilakukan, biasa penyerangan hama dan penyakit disebabkan oleh kondisi cuaca. Beberapa jenis hama yang menyerang diantaranya, bekicot, kutu batok, kutu putih, kutu sisik, semut, dan tungau.

Sementara penyakit yang sering menjangkit seperti fusarium, busuk pangkal batang, dan busuk bakteri. Pengendalian dan penanggulangannya, bisa dengan mencabut tanaman yang sakit dan menggantinya dengan bibit baru, penyemprotan omite, insektisida, benlate, derosal,

7). Panen

Salah satu daya tarik budidaya buah naga adalah panen yang dapat dilakukan sepanjang tahun. Jika pertumbuhan optimal, calon bunga tanaman buah naga akan muncul hanya dalam 2 minggu setelah tanaman berumur 1,5 – 2 tahun, kemudian mekar dalam waktu 1 bulan.

Pada 1 bulan selanjutnya, barulah buah bisa dipanen. Sehingga rata-rata waktu yang diperlukan dari kuncup bunga hingga panen adalah 2 bulan.

Jika sudah muncul bunga pada bagian cabang atau tangkai buah, berikan tanda tanggal kemunculan bunga dengan kertas menggunakan spidol, bungkus kertas dengan plastik bening agar tidak rusak.

Biasanya, saat tanaman berusia 2 tahun pertama, setiap tiang mampu menghasilkan 8 – 10 buah naga berbobot 400 – 600 gram/buah. Rentan umur produktif tanaman buah naga berkisar 15 – 20 tahun.

Ciri buah naga yang siap dipanen adalah buah telah berumur 50 – 55 hari setelah muncul bunga, warna kulit buah mengkilat dengan sisik berubah dari hijau ke kemerahan, mahkota buah mengecil, kedua pangkal keriput, dan bentuk bulat sempurna dengan bobot yang telah disebutkan.

Panen dilakukan pada pagi hari atau sore hari di cuaca yang cerah dan tidak lembab. Cara panen adalah dengan menggunakan sarung tangan, potong tangkai buah dengan gunting, bungkus buah dengan koran, letakkan ke dalam keranjang dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Lapisi bagian bawah keranjang dengan daun kering atau kertas koran.

8). Pasca Panen

Hasil panen buah naga disortir berdasarkan ukuran buahnya dan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau pasar. Kemas buah dengan kardus kokoh berkapasitas 20 kg buah naga.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.