9 Cara Budidaya Bawang Putih Agar Hasil Panen Melimpah

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bawang putih mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Secara klinis, bawang putih mengandung berbagai macam senyawa nutrisi seperti antioksidan hingga Vitamin C.

Baik bentuk segar maupun dalam bentuk olahan, bawang putih sering dijadikan bahan pengobatan untuk banyak jenis penyakit, seperti obat penurun tekanan darah tinggi, rematik, sakit gigi, sampai penawar racun.

Cita rasa yang kuat pada bawang putih juga menjadikannya sebagai salah satu bumbu masakan yang harus senantiasa tersedia di dapur. Tanpa bawang putih, rasa masakan seolah masih belum sempurna. Segala macam kegunaan tersebut, membuat kebutuhan masyarakat terhadap bawang putih selalu tinggi.

Bawang putih (Allium Sativum) adalah jenis sayuran dari anggota kelompok Allium. Aroma bawang putih tergolong sangat khas disebabkan kandungan minyak eteris yang disebut allecin. Bawang putih berasal dari Asia Tengah, selama berabad-abad kemudian menyebar hingga menjadi kebutuhan seluruh dunia.

Di sektor pertanian, bawang putih adalah komoditas kegemaran para petani. Tingkat permintaan tinggi yang berasal dari konsumen makro (restoran, hotel dll) maupun mikro (rumah tangga), terutama di musim-musim hari besar, menjadikan usaha budidaya bawang putih relatif selalu menguntungkan.

Pada beberapa kasus, para petani rakyat juga tak jarang mendapat tawaran kerjasama oleh pihak importir. Oleh karena itu, tidak ada salahnya mulai berencana untuk melakukan usaha budidaya bawang putih.

Kesempatan mendapat keuntungan akan pasar yang luas selalu terbuka lebar. Namun sebelumnya, mari pelajari dahulu bagaimana tahapan budidaya bawang putih yang baik dan benar untuk memperoleh hasil panen yang memuaskan.

1). Syarat Tanam

Dalam menekan tingkat resiko gagal tanam, penting untuk melakukan pemilihan lokasi yang sesuai dengan syarat tanam bawang putih.

Adapun syarat-syaratnya yaitu, sebaiknya tanah tanam subur dan sehat dengan lapisan top soil yang cukup serta tingkat keasaman pH 5,5 – 7, juga tersedianya sumber air dan drainase yang baik tanpa melanggar aturan konservasi tanah dan air.

2). Persiapan Lahan

Sebelum memulai kegiatan tanam, pastikan seluruh permukaan lahan tanam telah dibersihkan. Lakukan pembajakan sedalam 20 – 30 cm, sebanyak 2 – 3 kali dengan intensitas rata-rata satu minggu.

Dilanjutkan dengan pembuatan bedengan dan parit bedengan dengan lebar 60 – 150 cm dan tinggi 20 – 50 cm, panjang bedengan dapat disesuaikan dengan panjang lahan.

Kemudian parit antara bedengan untuk keperluan irigasi dibuat dengan lebar 30 – 40 cm, dengan kedalaman parit yang disesuaikan oleh musim tanam. Apabila musim tanam dilakukan saat musim hujan, diperlukan parit yang lebih dalam.

3). Masa Tanam

Gunakan varietas lumbu putih, lumbu kuning dan lumbu hijau, serta umbi bibit dengan ukuran yang seragam. Tanam varietas atau bibit pada kedalaman 2 – 3 cm, jarak tanam disesuaikan dengan ukuran siung yang digunakan.

Aturannya, jika siung bibit memiliki bobot lebih besar dari 1,5 gram, maka jarak tanam 20 x 20 cm, jika lebih kecil dari 5 gram, maka jarak tanam berkisar 15 x 15 cm atau 15 x 10 cm.

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, tanam varietas dengan kerapatan tanam yang rendah, namun jika target adalah jumlah produksi yang maksimum, boleh tanam varietas bawang putih dengan kerapatan tinggi.

Sebagai referensi, kebutuhan bibit per hektar adalah 1600 kg (jika berat siung bibit 3 g) atau 670 kg (jika berat siung bibit 1 g).

4). Pemupukan

Pupuk dipakai untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik. Pada tanaman bawang putih, disarankan untuk memakai pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dengan dosis 10 – 20 ton/ha, atau pupuk kandang kambing dengan dosis 30 ton/ha, bersamaan dengan penggunaan pupuk fosfor dan kalium.

Sedangkan untuk penggunaan pupuk kimia, dosis per hektar adalah 200 kg N, 180 kg P₂O₅, 60 kg K₂O dan 142 kg S.

Sementara untuk pupuk nitrogen, aplikasikan 3 kali selama masa pertumbuhan bawang putih, yaitu pada saat masa tanam, pembentukan tunas (15 – 30 HST) dan pembentukan umbi (30 – 45 HST).

5). Pemulsaan

Lakukan pemulsaan pada musim kemarau, karena jika dilakukan pada musim hujan, dapat melembabkan tanah secara berlebihan sehingga menghambat produksi.

Tidak disarankan menggunakan mulsa berbahan plastik karena dapat meningkatkan suhu tanah di sekitar perakaran.

6). Pengairan

Standar pengairan yang baik bagi tanaman bawang putih adalah dengan melakukan penggenangan parit-parit di antara bedengan.

Pada masa awal pertumbuhan, frekuensi pemberian air sebanyak 2 – 3 hari sekali, pada masa pembentukan tunas hingga masa pembentukan umbi, frekuensi pemberian air sebanyak 7 – 15 hari sekali.

Perlu diperhatikan, pada masa pembentukan umbi maksimal atau 10 hari menjelang masa panen, tidak perlu dilakukan pengairan.

Untuk memastikan kondisi drainase dalam keadaan yang baik, terutama pada musim penghujan, dapat dilakukan dengan cara memberikan jerami padi atau kompos yang ditempatkan sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah bedengan dengan ketebalan 10 cm.

7). Pemeliharaan

Layaknya tanaman lain, tanaman bawang putih juga dapat ditumbuhi oleh gulma dan tanaman pengganggu lain.

Karena itu, diperlukan penyiangan diikuti dengan perbaikan bedengan dengan selang waktu 20 – 30 hari.

Jangan lakukan penyiangan saat tanaman bawang putih memasuki fase generatif karena dapat mengganggu proses pertumbuhan umbi.

8). Pengendalian Hama

Umumnya, tanaman bawang putih kerap diserang oleh sembilan belas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), beberapa diantaranya yaitu, Thrips Tabaci yang dapat menimbulkan kerusakan 80%, Spodoptera exigua, Fusarium sp, Alternaria porii dan Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV).

Pengendalian dapat dilakukan dengan sistem PHT, yaitu dengan menggunakan benih sehat, musuh alami, pengendalian kultur teknis, penggunaan perangkap, sanitasi dan penggunaan pestisida sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.

9). Masa Panen

Menjelang panen, hentikan segala jenis kegiatan pemupukan, pengairan, sampai penyemprotan pestisida. Masa panen bawang putih bergantung pada jenis varietasnya, umumnya antara 90 – 120 HST.

Tanaman bawang putih mempunyai ciri-ciri siap panen berupa perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning, serta fisik daun yang layu. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman menggunakan tangan pada saat cuaca cerah.

Dilanjutkan dengan pengikatan hasil panen sebanyak 20 – 30 rumpun per ikat, lalu dijemur selama 15 hari hingga barang mengering. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, namun umbi perlu ditutup dengan daunnya agar umbi tidak terkena sinar matahari langsung.

Setelah proses penjemuran, bawang putih dapat disimpan di gudang yang telah difumigasi terlebih dahulu dengan tablet 55% Phostoxin agar umur umbi bawang putih dapat panjang dan terjaga sampai 8 bulan.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.