6 Cara Budidaya Bawang Merah dari Benih Hingga Panen

Bagi Anda yang tertarik memulai bisnis budidaya bawang merah, namun tidak memiliki lahan yang cukup luas, tidak perlu khawatir, berbagai inovasi dan pengembangan teknik budidaya telah tersedia meskipun dengan lahan yang sempit atau terbatas.

Permasalahan lahan sebenarnya bukan masalah baru, para pebisnis yang sudah lama berkecimpung di dunia pertanian juga mengalami masalah yang sama yaitu semakin berkurangnya lahan untuk ditanami.

Tantangan semakin bertambah karena mahalnya pupuk kimia hingga modal pembelian bibit umbi sangat besar. Kondisi tersebut menjadi hambatan bagi produktivitas petani bawang di Indonesia, hingga Indonesia mengalami surplus dan menyebabkan pemerintah harus melakukan impor dari luar negeri.

Padahal, untuk komoditas bawang merah, Indonesia mempunyai potensi besar untuk bersaing di pasar bebas dunia, khususnya di kawasan Asia.

Bawang merah (Allium ascalonicum L) berasal dari Asia Tengah, merupakan salah satu komoditas hortikultura yang menjadi bahan wajib pada masakan. Bawang merah juga mempunyai sejuta manfaat seperti meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia.

Kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 5%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, produksi nasional bawang merah mencapai 1,5 juta ton.

Angka tersebut sebenarnya relatif tinggi, namun sayangnya masih belum cukup memenuhi kebutuhan nasional. Dengan demikian, produktivitas bawang merah dalam negeri perlu ditingkatkan.

Peningkatan jumlah produksi tentu diawali dengan sosialisasi mengenai cara pembudidayaan yang optimal, serta pemecahan masalah atau pemberian teknik budidaya alternatif dalam menghadapi permasalahan seperti keterbatasan lahan.

Salah satunya adalah dengan mempelajari teknik budidaya bawang merah dengan lahan terbatas atau vertikultur. Vertikultur adalah sistem budidaya tanaman yang berkonsep hemat lahan.

Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu tingkat efisiensi bertanam di lahan yang terbatas, menghemat pupuk dan pestisida, meminimalisir pertumbuhan gulma, bersifat flexibel karena mudah dipindah-pindahkan, dan easy monitoring. Pada artikel ini, kami akan membagikan tahapan-tahapannya.

1). Syarat Tanam

Untuk melakukan sistem budidaya vertikultur pada bawang merah, pastikan lingkungan tanam terdapat unsur hara (makro dan mikro), paparan sinar matahari yang cukup, sumber pengairan cukup, serta karbondioksida yang diperlukan untuk proses fotosintesis dan pernapasan tanaman.

Sistem budidaya vertikultur dapat diterapkan dengan menggunakan bangunan khusus yang sudah dimodifikasi seperti model green house, ataupun hanya dengan pot gantung yang ditempelkan pada tembok-tembok.

2). Media Tanam

Wadah atau media tanaman dapat disesuaikan dengan ketersediaan yang ada, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik, dan gerabah.

Namun, media tanam tahap awal menggunakan sekam, arang sekam, belerang, abu batu, pupuk kandang sapi atau kambing, dan dilengkapi dengan tanah gembur.

Komposisinya terdiri dari 50% sekam dan arang sekam, 2,5 – 5% abu bata, 2,5% belerang, 10% pupuk kandang, 10% tanah gembur, dan sisanya serbuk kayu.

Seluruh media kemudian dicampur dan diurai dengan bakteri pengurai seperti EM4 atau Lactobacillus. Rendam dalam air selama 7-21 hari, setelah itu jemur, lalu dimasukkan ke dalam paralon.

Air rendaman juga dapat digunakan sebagai pupuk organik. Melewati dua musim tanam, media harus dibongkar untuk direndam kembali dalam air bakteri pengurai.

3). Penanaman

Berikutnya merupakan tahapan penting bagi keberlangsungan hidup tanaman bawang, yaitu penanaman. Pertama, pastikan benih bawang merah yang digunakan berkualitas unggul, tahan terhadap hama, penyakit, cuaca, serta tahan terhadap perubahan iklim.

Kedua, bersihkan lapisan luar kulit yang sudah kering, potong ujung benih sebagian hingga kelihatan calon tunas. Ketiga, tusuk pangkal benih dengan lidi/tusuk gigi. Keempat adalah tahap penanaman.

Tanam benih dalam media tanam dengan cara memasukkan seluruh penyangga (lidi) ke dalam tanah hingga pangkal umbi menempel sedikit ke media. Kelima, penuhi setiap lubang pada pipa PVC dengan benih bawang merah.

4). Pengairan

Dalam bertanam menggunakan sistem vertikultur, teknis pengairan sangat penting untuk diperhatikan karena polanya yang berbeda dengan sistem tanam biasa.

Secara umum pengairan pada sistem vertikultur dapat dilakukan dengan cara-cara seperti penyemprotan ke seluruh media tanam, lalu fertigasi manual, yaitu penyiraman menggunakan selang kecil yang dimasukkan ke dalam media.

Kemudian selanjutnya fertigasi tetes yang tidak jauh berbeda dengan fertigasi manual, namun perbedaan terdapat pada saluran pipa yang saling dihubungkan satu dengan yang lain, sehingga semua pipa menjadi satu jaringan yang dapat mendistribusikan (meneteskan) air dengan baik.

5). Pemeliharaan Tanaman

Penanaman dikatakan berhasil apabila 0 – 10 hari setelah tanam (HST), tunas tumbuh dengan ukuran 5-10 cm. Pada masa ini, pemeliharaan cukup dengan penyiraman setiap pagi dan sore sebelum jam 15.00.

Pada 10 – 15 HST, lakukan pemupukan dengan pupuk yang mengandung unsur N dan unsur S, agar membantu pembentukan daun, akar dan batang.

Masuk pada 20 – 25 HST, dimana masa tersebut adalah masa pembentukan umbi, lakukan lagi pemupukan dengan pupuk unsur N dan urea, serta penyiraman secara rutin.

6). Masa Panen

Tanaman bawang merah siap untuk dipanen pada usia 80 – 100 HST, dengan ciri-ciri sebagai berikut; pangkal daun terlihat lemas, umbi membesar, kompak dan menyembul ke permukaan, warna umbi merah keunguan, sebagian daun menguning, dan sebagian besar tanaman sudah mulai rebah.

Panen tanaman bawang merah dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman secara hati-hati dan tanpa tersisa.

Tentang Penulis:

Luna
Penulis tetap di media Lambeturah sejak 2018. Sudah banyak menulis artikel tapi topik yang paling disenangi adalah gosip dan keuangan.
Komentar Anda
Berita terkait
Loading next page... Press any key or tap to cancel.